Bel Goncang adalah sistem terkuno karena sepenuhnya menggunakan gerakan tangan untuk membunyikan bel. Desain bel adalah berbentuk bel klinthingan atau bel klunthungan yang dikenakan pada ibu jari atau tangan pengendara sepeda dengan gelang kulit sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Bel tipe ini diperkirakan banyak diadopsi pada masa-masa awal pengembangan sepeda yakni tahun 1800-an. Pada jaman tersebut tentu saja jalan tidak seramai seperti masa sekarang ini, sehingga dengan bel sederhana seperti itupun sudahlah cukup.
![]() |
|
Gambar 1
|
Gambar 2
|
Bel pukul adalah teknologi bel generasi kedua yang mulai menggunaan mekanisme sederhana untuk mengurangi proses manual dalam membunyikan bel. Pada masa awal, tampak pada Gambar 2, bel pukul tidak menggunakan per, sehingga masih tidak terlalu praktis. Pada perkembangan berikutnya di jaman lebih maju, sudah mulai menggunakan per sehingga meningkatkan kemudahan bagi pengendara sepeda saat membunyikannya seperti terlihat pada Gambar 3..
![]() |
|
Gambar 3
|
Gambar 4
|
Bel tipe ketiga adalah bel tekan seperti yang terlihat pada Gambar 4. Bel ini dibunyikan dengan cara menekan tombol yang tersedia. Suara yang dihasilkan adalah suara bel tunggal yang tidak terlalu keras karena daya gerak yang dihasilkan proses tekan tidaklah terlalu kuat. Merek terkemuka untuk bel tekan adalah Harmo Bell buatan Inggris.
Selanjutnya adalah bel tipe keempat atau bel putar yang di Belanda disebut sebagai Draai Bel. Dua artefak yang berhasil ditemui adalah bermerek Basta buatan Denmark dan Unigro buatan Belanda. Cara membunyikan adalah dengan memutar kubah bel searah dengan jarum jam dan akan terdengar suara berjarak "ting"..."ting"..."ting".... Sebagaimana dengan bel tekan, bel putar juga tidak mampu menghasilkan bunyi yang keras.
Bel tipe kelima adalah bel tuas putar yakni bel dengan tuas yang memutar kubah bel, Bel berposisi tegak ini memiliki dua kubah, kiri dan kanan, yang keduanya akan berputar saat tuas digeser. Suara yang dihasil cukup keras dan indah seperti "tingtingting"..."tingtingting". Pionir untuk bel tuas putar adalah bel Lucas yang kemudian ditiru habis-habisan oleh pabrikan china.
Berhubungan erat dengan desain bel sebelumnya, bel tipe keenam adalah bel tuas tanpa kubah berputar. Bel tuas ini memiliki dua varian yakni bel kring dan bel ding-dong . Di dalam bel terdapat mesin dengan 2-3 cincin logam atau plastik yang berputar memukul benjolan dalam kubah. Suara yang dihasilkan sangat sempurna. Jawara bel tuas berbasis pengamatan saya adalah bel Unigro, karena bel ini mampu mengkombinasikan antara suara yang keras dan suara yang jernih. Bel Lucas menempati posisi kedua dengan karakter suara yang keras namun tidak terlalu jernih
Terakhir adalah bel roda, yang dipasang pada porok depan untuk kemudian digerakkan dengan putaran ban atau putaran ruji. Bel roda ini sesungguhnya produk gagal karena tidak terlalu populer di kalangan pesepeda. Barangkali kesan ribet akan muncul dibanding dengan bel-bel tipe sebelumnya dengan mekanisme pembunyian yang lebih sederhana. Ada satu tipe bel yang meskipun banyak diadopsi oleh onthelis Indonesia, namun sesungguhnya lebih pas dipasang pada andong atau dokar.
Hampir semua pabrikan sepeda menyediakan bel orisinil dengan label merek tertera resmi pada kubah bel. Bel-bel orisinil bawaan sepeda rata-rata lebih banyak mengadopsi bel tuas putar dan bel tuas, baik yang bersuara kring maupun ding-dong. Bel sepeda adalah aksesori wajib dipasang pada sepeda karena memiliki fungsi penting untuk menjaga keselamatan dan kelancaran si pengendara sepeda.
0 komentar:
Posting Komentar