Berbicara sepeda pastur, hampir
dipastikan ingatan orang langsung melayang ke Burger Pastur. Sepeda
dengan tiang 3 yakni 2 di frame lengkung dan satu di pangkal frame tiang
sadel ini, memang sangat populer di Indonesia karena banyak Pendeta
Kristen terkenal di Indonesia yang menggunakannya. Bahkan karena terlalu
populer, saat ini bagi orang awam, Burgers dames-pun selalu dianggap
sebagai Burgers Pastur padahal keduanya memiliki ciri berbeda.
Berdasarkan referensi (Gambar 1), saya biasanya menandai Burger Pastur
dengan 3 hal yakni: (1) setang model lurus bukan kupu, (2) ada 3 tiang
di frame sepeda, (3) crankstel menggunakan ukuran Heren dan terakhir (4)
sadel juga ukuran heren. Frame sepeda pastur sekilas memang identik
dengan frame sepeda Dames. Namun demikian pada frame biasanya diperkuat
dengan tiang-tiang tambahan guna menahan beban pengendara pria yang
cenderung lebih berat.
Gambar 1
|
Sepeda pastur yang dalam
budaya Belanda disebut sebagai Pristerrijwiel atau istilah lebih kuno
lagi yakni Geestelijken ini, ternyata diproduksi oleh hampir semua
pabrikan sepeda. Beberapa referensi yang pernah saya temui, pabrikan
Gazelle, Simplex, Phoenix dan Gruno juga memproduksi sepeda pastur.
Secara umum, sepeda pastur bisa dipastikan memiliki tiang frame lebih
dari satu, kecuali pada Gruno Rijwiel (Gambar 5). Bahkan yang paling
ekstrem mungkin adalah Phoenix Pristerrijwiel yang memiliki 4 tiang.
Gambar 2
|
Berbasis Katalog Simplex
1937, pada tahun tersebut Simplex meluncurkan HH Geestelijken (Gambar
2). Istilah HH muncul karena penampakan frame lengkung dengan 2 tiang
seperti 2 huruf HH berjajar atas bawah. Pada edisi 1937, sepeda
bersangkutan terlihat mengadopsi setang model luxe dengan sistem rem
karet. Penampakan berbeda dan jauh lebih sederhana pada Simplex
Pristerrijwiel yang diluncurkan pada tahun 1953 sesuai Katalog Simplex
tahun tersebut (Gambar 3). Nama lama yakni HH Geestelijken tidak lagi
digunakan. Untuk edisi 1953, Simplex Priesterrijwiel mengadopsi sistem
rem torpedo. Baik versi 1937 maupun versi 1953 menggunakan sadel tipe
Heren karena sepeda ini memang diperuntukkan bagi Pendeta. Pada Katalog
Simplex 1956, sepeda pastur tidak lagi masuk dalam portfolio produk
Simplex tahun tersebut.
Gambar 3
|
Merek tersohor lainnya
yang juga mengembangkan Priesterrijwiel adalah Gazelle. Gazelle
Priesterrijwiel masuk dalam Katalog 1934 sebagaimana terlihat pada
Gambar 4. Setang sepeda sebagaimana yang kita jumpai pada Gazelle seri 5
kebawah dengan sistem rem karet. Sekali lagi kita lihat bahwa sepeda
pastur Gazelle juga menggunakan sadel heren. Pada Katalog 1953, Gazelle
sudah tidak lagi memasukkan varian sepeda pastur dalam portfolio
produknya.
Gambar 4
|
Pada Gambar 5, terlihat Gruno
Priesterrijwiel yang justru masih menggunakan satu tiang saja pada frame
lengkung. Gruno priesterrijwiel tidak populer di Indonesia sehingga
barangkali keberadaannya langka sekali. Bahkan sepeda pastur merek
Gazelle dan Simplex juga tidak setenar Burgers, sejauh ini baru
terdeteksi satu sepeda Simplex Priesterrijwiel dan satu sepeda Gazelle
Priesterrijwiel. Kedua disimpan kolektor-kolektor dari Surabaya. Sepeda
dinas gereja ini, saat ini banyak diburu para kolektor sepeda di
Indonesia karena memiliki nilai keunikan tersendiri dan relatif langka.
Gambar 5
|
0 komentar:
Posting Komentar